source : google image |
Berada di sebuah divisi baru membuat saya sempat frustasi. Bagaimana
tidak, saya yang selama ini nyaman dengan divisi lama saya yang berhubungan
dengan bidang pendidikan sejak 2002. Tahun2010 diminta untuk mengurusi divisi
lain yang notabene “ga banget” terkesan membosankan karena berhubungan dengan
benda mati, tidak ada tantangan dan yang pasti saya tidak tahu gambaran yang
harus saya kerjakan nanti. Awalnya saya hanya diminta membantu saja , karena
saat itu divisi tersebut katanya “tidak ada orang”. Atasan saya berusaha
meyakinkan saya jika saya tetap bisa beraktivitas di divisi tempat saya
bergelut selama ini.
Apa hendak dikata Maret 2011 mau tidak mau, Allah punya
rencana lain secara mengejutkan pertengahan tahun lalu atasan saya mengatakan
bahwa beliau akan pindah ke kota asalnya di wilayah Indonesia Timur, mendengar
itu saya menangis ….saya katakan padanya betapa saya begitu sedih atas berita
ini. Maklumlah hubungan kami sudah seperti saudara. Saya menganggap atasan saya
tidak sekedar hubungan atasan bawahan namun
telah menganggap beliau sebagai kakak. Saya juga mengenal keluarga
kecilnya secara dekat, kadangkala saya
curhat pada istri beliau, tak jarang saya juga mengasuh putri-putrinya jika
mereka di bawa ke kantor. Saat saya
menangis tersedu, protes terhadap berita mengejutkan ini beliau hanya berkata “
Cha , kalau boleh saya jujur, seharusnya saya lah yang paling bersedih. Saya
sudah sangat lama beraktivitas disini hingga ini menjadi bagian tak terpisahkan
dari kehidupan saya. Saya juga sedih karena berpisah dengan kalian (Chaca,
Mira, Jim, Mamat dll), berpisah dengan adik-adik mahasiswa binaan kita selama
ini, berpisah dengan semua orang dan hal yang ada disini. Saat saya bersedih
dan mencari jawaban kenapa saya harus pindah Abah memberikan sebuah nasihat
berharga “ Jangan kamu berpikir kamu ingin jadi apa, tapi berpikirlah Allah
ingin kamu jadi apa?” Kami pun kembali terisak….
Kata-kata itu begitu melekat dibenak dan hati saya…ya saya
pun harus selalu meluruskan niat, sepeninggal beliau saya harus berjuang di “tempat
baru” saya…Saya tidak ingin melakukan sesuatu tanpa “hati”. Beberapa kali
berpikir untuk mundur tapi kemudian kata-kata itu kembali tergiang-ngiang di
telinga saya. Saya ambil air wudhu, dalam kegamangan saya adukan isi hati saya
pada-Nya akan sedikit keputusasaan karena saya merasa tidak sanggup
menjalaninya. Saat saya menyerahkan dan kembali pada-Nya , saya merasa bahwa
Dia menunjukkan kemudahan-kemudahan yang saya artikan bahwa “I on the right
right track, just move on, Allah is
always beside me ”. Di sini saya merasakan betul bagaimana “Allah” mendidik
saya. Saya dididik akan “kesendirian” dan hanya Allah lah tempat bergantung.
Ada saat dimana saya merasa sendiri, didik keras untuk lebih mandiri dan tegas,
lebih mengefektikan waktu, belajar menempatkan sesuatu pada tempatnya, menerima
ketidaksukaan baik yang berasal dari diri maupun oranglain , lebih legowo
(meski kadang menahan air mata), mengontrol emosi meski saat itu saya sedang
sangat marah, bernegosiasi dan menjadi moderator dll. Dan saat saya menyerah selalu ada sebuah bisikan “ masa gitu
aja nyerah?! Coba dulu jangan nyerah dulu I won’t give up .. I don’t wanna be
someone who walks away so easily, I’m here to make a difference that i can
make. Our differences they do a lot to teach us how use tools and gifts we
got (Jason Mraz)...wallahualam bish showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar