Assalammu'alaikum,,,Irasshaimase,Wilujeng Sumping, Selamat datang ^_^

Sabtu, 12 Maret 2011

" Makin berisi, Makin Merunduk..."

Filosofi (padi) di atas membuat saya merenung...akan makna dibaliknya.
Kemudian saya teringat sosok-sosok "tawadhu" yang saya kenal. Mereka adalah orang-orang inspiratif yang senatiasa menyulutkan energi positif meski tanpa kata…

Sebut saja Pak Mudji , salah satu tokoh asronomi Indonesia yang baru-baru ini namanya diabadikan sebagai salah satu nama asteroid, sosok yag ramah..tak sungkan untuk lebih dulu menyapa, sedikit berbincang "Pa kabar? sedang sibuk apa sekarang?". Duh kalau sudah begitu malu rasanya ...siapa saya? beliau orang yang "berilmu" namun tak membuatnya sombong. Bersama sang istri mengajarkan saya akan makna "kedermawanan" tak pelit berbagi ilmu dan pengalaman bahkan harta sekalipun :). Pribadi-pribadi seperi ini yang menggerakkan saya agar selalu "belajar dan belajar, never stop to learn ! ;)". Jazaakumullah Bapak dan Ibu Mudji atas nasihatnya yang tersirat :) 

Sosok selajutnya adalah Pak Umar, beliau lulusan terbaik bidang Fisika di salah satu universitas yang berada di German. Mampu berbahasa German dengan fasih. Pribadinya ramah, tak banyak bicara. Namun setiap kata yang keluar memiliki "ruh" tersendiri. Beliau begitu mencintai dunia pendidikan dan disiplin ilmu fisika. Penelitiannya dan jurnal-jurnal ilmiahnya pun tak terhitung lagi. Bersama ibu Umar mereka selalu bersemangat, berbagi cerita. Tak pernah bosan mendengar cerita beliau dan selalu rindu akan tausiyah-tausiyahnya :)

Selain beliau-beliau saya jg kagum pada "Adjat Sensei" usianya hampir 70 tahun, orang yang selalu bersemangat dalam "belajar" lulusan generasi pertama Indonesia yang mengambil konsetrasi bidang "nuklir" di salah satu univ. ternama yang ada di Jepang. Meski beliau lulusan elektro namun kecintaanya terhadap bahasa Jepang membuatnya tak pelit untuk berbagi ilmu akan bahasa. Buku favorit beliau adalah kamus bahasa jepang, dari berbagai penulis. Pernah suatu ketika saya dan teman-teman menghadiahi beliau sebuah kamus Indonesia Jepang karangan Kenji Matsuura. Saat menerimanya beliau begitu bahagia dengan mata berkaca-kaca beliau mengucapkan terima kasih...
Lalu ingatan saya mengawang , teringat ketika pertama kali bertemu beliau, pertanyaan pertama beliau yang selalu ditanyakan pada murid-muridnya adalah "Apa tujuan anda belajar bahasa Jepang?" kemudian jawaban kami yang akan menjadi rujukan dalam "mendidik" kami. Sayang karena satu dan lain hal saya hanya sebentar "menggali ilmu dari beliau" Masih terekam jelas kata-kata beliau saat beliau berkata " jangan pernah berhenti belajar, tidak ada manusia bodoh, yang ada adalah orang yang malas yang tak mau belajar. So, kalian jangan mau kalah dengan saya. Saya sudah setua ini masih saja terus belajar setiap hari :)" Ah sensei I love You full dah :D 

Ada juga Mas Her, yang lagi-lagi membuat saya kagum pada pribadinya. Usianya sekitar 50 tahun-an, beliau bisa di bilang ahli per “Nano”-an tapi bukan brand sebuah permen melainkan salah satu istilah fisika yang satuannya lebih kecil dari atom", hm..untuk lebih jelasnya saya kutip sedikit mengenai ini dari www.naozr.co.id, cekidot "Pertama kali konsep nanoteknologi diperkenalkan oleh Richard Feynman pada sebuah pidato ilmiah yang diselenggarakan oleh American Physical Society di Caltech (California Institute of Technology), 29 Desember 1959. dengan judul “There’s Plenty of Room at the Bottom”.
- Richard Feynman adalah seorang ahli fisika dan pada tahun 1965 memenangkan hadiah Nobel dalam bidang fisika.
- Istilah nanoteknologi pertama kali diresmikan oleh Prof Norio Taniguchi dari Tokyo Science University tahun 1974 dalam makalahnya yang berjudul “On the Basic Concept of ‘Nano-Technology’,” Proc. Intl. Conf. Prod. Eng. Tokyo, Part II, Japan Society of Precision Engineering, 1974.“
- Pada tahun 1980an definisi Nanoteknologi dieksplorasi lebih jauh lagi oleh Dr. Eric Drexler melalui bukunya yang berjudul “Engines of Creation: The coming Era of Nanotechnology”.
Apakah Teknologi Nano itu?
Teknologi-Nano adalah pembuatan dan penggunaan materi atau devais pada ukuran sangat kecil. Materi atau devais ini berada pada ranah 1 hingga 100 nanometer (nm). Satu nm sama dengan satu-per-milyar meter (0.000000001 m), yang berarti 50.000 lebih kecil dari ukuran rambut manusia. Saintis menyebut ukuran pada ranah 1 hingga 100 nm ini sebagai skala nano (nanoscale), dan material yang berada pada ranah ini disebut sebagai kristal-nano (nanocrystals) atau material-nano (nanomaterials).
Skala nano terbilang unik karena tidak ada struktur padat yang dapat diperkecil. Hal unik lainnya adalah bahwa mekanisme dunia biologis dan fisis berlangsung pada skala 0.1 hingga 100 nm. Pada dimensi ini material menunjukkan sifat fisis yang berbeda; sehingga saintis berharap akan menemukan efek yang baru pada skala nano dan memberi terobosan bagi teknologi.
Beberapa terobosan penting telah muncul di bidang nanoteknologi. Pengembangan ini dapat ditemukan di berbagai produk yang digunakan di seluruh dunia. Sebagai contohnya adalah katalis pengubah pada kendaraan yang mereduksi polutan udara, devais pada komputer yang membaca-dari dan menulis-ke hard disk, beberapa pelindung terik matahari dan kosmetik yang secara transparan dapat menghalangi radiasi berbahaya dari matahari, dan pelapis khusus pakaian dan perlengkapan olahraga yang dapat meningkatkan kinerja dan performa atlit. Hingga saat ini para ilmuwan yakin bahwa mereka baru menguak sedikit dari potensi teknologi nano.
Teknologi nano saat ini berada pada masa pertumbuhannya, dan tidak seorang pun yang dapat memprediksi secara akurat apa yang akan dihasilkan dari perkembangan penuh bidang ini di beberapa dekade kedepan. Meskipun demikian, para ilmuwan yakin bahwa teknologi nano akan membawa pengaruh yang penting di bidang medis dan kesehatan; produksi dan konservasi energi; kebersihan dan perlindungan lingkungan; elektronik, komputer dan sensor; dan keamanan dan pertahanan dunia."

Kembali ke Mas Her beliau adalah salah satu sosok yang juga saya kagumi. Setiap kali beliau berbicara di depan kami, adik-adik yuniornya terasa semangat yang luar biasa. Beliau yang membuat saya tertegun saat beliau bercerita tentang salah seorang mahasiswinya yang meminta pendapat akan “mengambil kesempatan beasiswa S2 di Inggris, atau melepasnya karena khawatir sterotype masyarakat bahwa wanita yang well educated jarang dilirik laki-laki karena mungkin “egosentris” laki-laki yang tidak mau dikalahkan oleh wanita (meski tidak semua seperti itu ;) ) terdiam sejenak menjawab pertanyaan tersebut, karena Mas Her tahu benar jawabannya kelak menjadi “referensi dalam pengambilan keputusan mahasiswinya. Lalu dengan mengucap bismillah beliau berucap “De, carilah kasih sayang Allah dimanapun jua. Anda adalah calon ibu yang tentu harus mampu mendidik anak-anaknya kelak. Maka tentu saja sangat berbeda antara orang yang mempersiapkan “bekal ilmu” dengan ilmu yang ala kadarnya…Bismillah saja…
Subhanallah, kata-kata itu begitu meresap dalam diri saya. Jujur ada kegamangan disaat saya memiliki mimpi-mimpi besar, seperti melanjutkan S2 atau bahkan S3 sedang saya sendiri masih berstatus lajang. Namun saya berpikir saat pun, kesempatan itu ada and i take that chance whether I’am a single or as a wife niat awal bukan sekedar mengejar status sosial, namun lebih pada keinginan belajar yang masih begitu kuat…never stop learn! 'til I die. Dan saya pikir masih banyak muslimah yang berpikiran sama dengan saya.
Well , dari semua paparan di atas intinya adalah contohlah orang-orang yang “berilmu” semakin berilmu semakin merunduk, semakin tawadhu. Menjadi tawadhu memang tidak mudah, butuh pembiasaan dan perjuangan melawan nafsu yang bernama ego dan rasa “ke-aku-anku” . Tapi bukankah semua ilmu adalah milik-Nya? Kita hanya dititipi ilmu-Nya yang mungkin belum seberapa dibanding ilmu-Nya yang begitu luas. Saya teringat salah sahabat saya Ciwit yang sedang mengambil program doktor di Jepang. Usianya masih belia, 27 tahun. Saat berangkat sempat mengalami kegamangan apakah lanjut dan mengambil beasiswa tersebut atau tidak? Diskusi dan pencarian panjang akhirnya memantapkan hatinya untuk tetap pergi “mencari kasih sayang Allah”. Kadang ketika kami chat sesekali dia berkata “teteh, aku stress dimarahin sensei..ngerasa bego banget! Ga tau apa-apa…semakin kesini semakin sadar kalau banyak hal yang ga aku ketahui” dan aku hanya bisa mendengarka curhatannya sambil menguatkan dan memotivasinya utuk tetap semangat! Akirameruna! Never give ^^v
Perbincangan-perbincangan seperti ini yang seringkali membuat saya kembali merenung akan hakikat penciptaan manusia, ilmu dll. Manusia hanya sebuah titik yang ada di jagat semesta ini yang bisa menjadi tak berarti jika ia menjadi hamba-Nya yang angkuh! Merasa bahwa apa yang diperolehnya karena kepintaran-nya! Padahal, bukankah teramat mudah-Nya mencabut nikmat yang Dia beri. Dia putuskan saja salah satu saraf kita and see what will happen then?
Masih ingat kisah Fir’aun? yang dengan sombongnya berkata “aku adalah Tuhan kalian!” kemudian membuat tangga menjulang berpikir bahwa ia sampai ke langit untuk membuktikan kekuasannya?dan kita hapal dengan benar kisah selanjutnya. Ya, ia mati dalam keadaan menggenaskan tak mampu melawan takdir-Nya tak ada lagi “ke-akuan-ku”. terlambatlah sudah taubatnya, Allah pun mengadzabnya..naudzubillah min dzalik
Atau kisah-kisah Negeri yang Dimusnahkan? Dimana mereka adalah kaum-kaum yang memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi, yang mampu membangun sebuah peradaban dunia. Taman Gantung Babilonia, bangunan- bangunan pencakar langit dengan penghitungan matematis yang akurat membuatnya mampu berdiri…namun lagi-lagi…kesombongan mereka menyebabkan murka-Nya.
Ah, sahabat Tuhan begitu teramat baik pada kita…maka selayaknya kita bersyukur, trus merunduk,dan jangan pernah merasa sombong atas apa yang dimiliki…
Wallahu’alam bishshowab
Berharap semoga Dia senantiasa melimpahkan rahmat dan karunian-Nya bagi "guru-guru saya khususnya dan kita semua" serta memberikan keberkahan hidup…keberkahan dan keluasan ilmu. “Ya Allah, jadikanlah aku kecil dihadapanku namun jadikanlah aku seseorang yang besar dihadapan orang lain. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk-Mu” amin ya rabbal’alamin :)

Pict taken by : google


2 komentar:

  1. Nice posting :) ada pesan yang saya dapatkan dari figur2 yang dirimu ceritakan di atas. semakin kita berilmu, kita menjadi semakin rendah hati. dan ilmu itu menjadi bermanfaat dan berkah apabila di amalkan dan di bagikan pada orang lain....

    dalam hadist di sebutkan "ilmu itu adalah cahaya" dan betapa Allah akan menaikkan derajat orang-orang yang berilmu. last but not least, ilmu menjadi bermakna ketika masih bersahabat dengan sisi spiritualitas... caiyo

    ganbatte...

    BalasHapus
  2. Zico : yups thanks for u comment :) ..bener banget dalam surat al jin kalo ga salah atau al mudjadillah gitu..lupa. Disebutkan bahwa Allah menantang hambanya yang berilmu dan mau berpikir akan penciptaan langit dan bumi bserta seluruh isinya..semoga kita semua bisa memaknai ilmu dengan kacamata kecintaan pada-Nya. Amin ..

    BalasHapus