Assalammu'alaikum,,,Irasshaimase,Wilujeng Sumping, Selamat datang ^_^

Rabu, 08 Desember 2010

Maka Jemputlah Ia…

Maka  Jemputlah Ia… 

Hidayah sebuah kata yang selama ini saya pahami sebagai sebuah kata yang memiliki makna “dalam”
Semakin kesini saya semakin berfikir dari apa yang saya baca, saya dengar saya lihat , saya alami dan saya rasakan bahwasanya hidayah itu adalah “sesuatu yang berharga yang tak akan pernah ternilai oleh apapun jua”  meski engkau gadaikan seluruh yang kau miliki , apa saja yang ada dialam ini tentu tak akan pernah mampu menukarnya. Pantas saja keluarga Amar , Bilal, begitu kukuh pada pendiriannya meski saat itu disiksa  dengan siksaan yang amat berat dan yang keluar dari mulut meraka hanyalah “Ahad..Ahad (Yang Maha Esa *satu* Allah SWT)”  saat keimanan yang membuahkan keyakinan pada Sang Pencipta dan pemilik seluruh alam dan jiwa, kebahagiaan yang didapat, ketenangan yang meresap dalam diri takkan mampu dibujuk, ditukar ,  dan digoyahkan oleh apapun juga.  

Pantas saja seorang Masithah &  Asiyah menjadi tidak peduli akan keselamatan nyawa mereka meski Fir’aun telah mengancam ,mereka dengan ancaman yang taruhannya adalah nyawa mereka sendiri, tapi mereka tak peduli. Karena mereka paham betul  hidayah yang didapat tidaklah mudah diraih, tidak juga diberikan pada sembarang jiwa. Kecuali pada jiwa2 yang  selalu bersyukur  dengam selalu mencarii makna hakiki, selalu mau berpikir,  membuka mata, hati , pendengaran dan mau terus menerus memperbaiki diri  serta  yang mau menggunakan nuraninya saat Tuhan mengetuk kesadaran nuraninya.  

Mungkin saja Tuhan mengetuk nuraninya dengan hal2 kecil : dengan ketidaknyamanan melihat carut marut kondisi di sekelilingnya, saat  kemiskinan dimana2, sedang dipihak lain para penguasa menumpuk harta sebanyak-banyaknya. Hajat hidup orang banyak dimonopoli untuk kepentingan dnri dengan dalih “hukum pasar” atau demi menyelamatkan kepentingan rakyat?  Really? I don’t think so…
Tuhan, seringkali saya tertegun kala saya dapati seorang bapak yang begitu tawadhu dengan kesederhanaanya, berprofesi sebagai pengangkut sampah, dengan keyakinannya meski ilmunya mungkin tak ada apa2nya dibanding ustadz2 lulusan Cairo. Tapi mereka begitu yakin pada-Nya begitu tulus dalam beribadah dan taat padaNya. Tetap saja istiqamah dalam berusaha , tak mengenal putus asa meski kesulitan hidup menghimpitnya. Masih saja bisa tersenyum dan memberikan kebahagiaan pada keluarganya dan pada orang lain.

Sahabat, hidayah ibarat cahaya , lentera, pelita yang menerang kegelapan. Ia ibarat lentera yang terpasang dalam sebuah kaca yang bahkan bahan bakar lenteranya saja sudah mengeluarkan cahya …
Sahabat hidayah itu perlu diusahakan dengan sungguh2, hidayah itu tidak akan datang dengan sendirinya. Kita yang harus aktif menjemputnya. Jangan sampai kita berkata ketika nanti  kita dikumpulkan di padang ma’syar “ tidak ada yang mengingatkan kami! Kami tidak mendapat hidayah-Mu maka bagaimana mungkin kami bisa mengenal-Mu dan tau maksud tujuan penciptaan kami?” naudzubillah summa naudzubillah…jangan harap bahwa pembenaran itu akan Dia terima nanti! “Bukankah sudah kami kirimkan rasul untukmu? Yang memperingatkanmu? Namun engkau malah mengolok2nya? Bukankah telah diterangkan kepadamu bahwa terdapat tanda2 kebesaran-Nya bagi orang2 yang mau berfikir? Bahwa seluruh alam ini bertasbih dengan dzikir yang tak pernah berhenti ? bahwa telah kami ambil janjimu ketika di alam azali bahwa “Aku adalah Tuhanmu?” Apa kau tidak melihat bagaimana alam ini berjalan sesuai  kehendak-Ku dengan harmonis? Tanpa ada kerancuan? “maka pandanglah berkali2 dan Ku pastikan tidak akan kau dapati sedikitpun  kecacatan dalam penciptan-Ku” Bagaimana dirimu bisa belajar dari sekeliling dari hal termudah yang kau dapati dari hal terkecil? “  

Sahabat, jangan sampai kita merugi ..jangan sampai penyesalan itu datang terlambat maka jemputlah  Ia. Jemputlah hidayahmu dengan penuh kesungguhan akan pencarian makna hakiki. “bukahkan Dia tak akan merubah sesuatu jika kamu sendiri tak mau merubahnya?” Hidayah itu pilihan kawan J Take it or leave it, maka tanya pada hati dan nuranimu yang terdalam, manakah jalan yang akan kau ambil? Kau tempuh? Dan kemudian Jika kau memilih mengambilnya, maka…biarlah Dia menuntunmu dijalan-Nya. Ikuti saja kehendaknya ..biarkan Dia yang menilainya. Wallahu’alam bish shawab.

“Ya Allah berikanlah taufik, hidayah, dan  inayah-Mu . Bukakan hati2 yang masih tertutup. Maka tuntun kami agar selalu bersyukur dan istiqamah di jalan-Mu. Rabb, lindungilah kami. Sesungguhnya kami berlindung kepadamu dari hati yang keras membatu. Kami berlindung kepada-Mu dari hati yang condong  pada kesesatan setelah Kau beri kami hidayah...amin ya rabbal’alamin”
*tafakur untuk diri sendiri , semoga bermanfaat bagi yang lain yang sempat membacanya *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar