Assalammu'alaikum,,,Irasshaimase,Wilujeng Sumping, Selamat datang ^_^

Kamis, 03 Februari 2011

Get The Feeling...

by Hening Rumah Hati on Wednesday, February 2, 2011 at 4:07am
Ikan di dalam air diam
Hewan di atas tanah ribut
Tetapi manusia
Dalam dirinya
mempunyai keheningan lautan,
kebisingan bumi
dan Melodi angkasa.

(Gitanjali, R. Tagore)

Pernahkah anda menonton film Wall –E ? awalnya saya kurang begitu mengerti menonton film ini, saya tidak acuh dan saya anggap ini film anak anak. Tapi gema panggilan nama wall E memanggil sejenak untuk merenungkan suara yang menyayat dari dunia materialisme kita.

Para ahli manajemen di 2 abad terakhir  ini merumuskan paradigma baru dalam manajemen yaitu manajemen humanistik. Istilah nge-trend sebagai tolakan filosofi adalah Human touch, feeling touch. Paradigma ini mencuat setelah filosofi mekanika klasik  yang melahirkan abad newtonian ; sebagai zaman mekanisasi di segala bidang tidak berhasil menyelesaikan banyak permasalahan kehidupan. Peradaban newtonian telah menganggap manusia sebagai mesin, meskipun peradaban ini telah membawa manusia merambah lebih dalam pada era teknologi. Manajemen mesin  untuk mengatur manusia telah menjadikan manusia kaku, keras, bergerak satu arah, statis dan birokratis.
Manajemen feeling touch  lebih mengedepankan penghargaan kepada sisi-sisi manusiawi. Sehingga dengan prinsip filosofis ini, seiring dengan kemajuan teknologi, maka sebentar lagi kita akan melihat teknologi-teknologi yang mengedepankan keindahan, keramahan, dan kebersamaan. Orang jepang sudah mulai menciptakan robot-robot yang mulai merespon beberapa emosi manusia. Wall-E, sebagai robot pemungut sampah adalah contohnya dalam film. Green technology, sebagai bentuk pelayanan (keramahan) pada lingkungan sudah mulai berkembang. Bagaimana kalau bisa merespon seluruh emosi manusia ya ? Maka teknologi akan menjadi sahabat setia manusia.

Ketika Ali bin Abi Thalib (kw) menjadi khalifah, beliau berusaha keras mengembalikan citra pemerintahan islami yang dulu pernah dibentuk oleh Rasulullah saw. Diriwayatkan pada suatu saat beliau menemukan baju besinya berada di tangan seorang nasrani. Oleh karenannya ia segera menghadap kepada hakim untuk menuntut miliknya itu. Hakim menghadapkan imam Ali kepada lelaki Nasrani itu sebagaimana layaknya orang biasa, tanpa hak istimewa sedikit pun juga.

Di depan pengadilan, Imam Ali berkata, “Baju besi itu adalah milik saya. Saya tidak pernah menjualnya atau memberikannya kepada siapa pun juga.” Hakim lalu bertanya kepada lelaki Nasrani yang menjadi lawan Amirul Mukminin. “Apa pendapatmu tentang apa yang dikatakan oleh Amirul Mukminin ?” Orang Nasrani itu menjawab. “ Baju itu milik saya akan tetapi Amirul Mukminin juga bukan seorang pendusta.” Hakim berpaling lagi kepada Imam Ali sambil berkata, “Wahai Amirul Mukminin, apakah anda mempunyai saksi?” Ketika mendengar pertanyaan Hakim, Imam Ali tertawa dan berkata, “Suraih (nama orang Nasrani itu) menang, saya memang tidak punya saksi.” Hakim pun akhirnya memutuskan bahwa baju besi itu menjadi milik Suraih, dan ia dapat pergi membawa baju besi tadi.

Namun belum beberapa langkah si Nasrani itu pergi, ia berbalik dan berkata, “Sungguh, saya bersaksi bahwa ini adalah pengadilan yang hanya mungkin dilakukan oleh para Nabi saja. Seorang khalifah menuntut saya dihadapan hakim yang nyata-nyata adalah bawahannya, tetapi keputusannya memenangkan aku. Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh, Saya bersaksi, demi Allah wahai amirul mukminin, baju ini milik Anda! Saat itu saya menyertai Anda dalam perang Shiffin dan saya mengambilnya ketika baju itu terjatuh, dari kuda Anda! “ Mendengar pengakuan Suraih, Imam Ali tersenyum dan berkata, “Karena Anda telah menyatakan muslim, biarlah baju besi ini menjadi milik Anda!” (Mahmud Al-Aqqad Abqariyat Al-iman, buletin Al-Tanwir)

Anda pastilah tersenyum menyaksikan cerita di atas. Andai itu terjadi di Negara kita saat ini ? wah itu tidak mungkin. Terlalu banyak mafia hukum disini...he..he..!
Bila kita mau merenungi kisah di atas maka kita akan menemukan nilai yang sarat dengan prinsip humanisme, yaitu  Humanisme universal. Cerita ini mengajarkan tentang kesetaraan manusia dan keadilan pada manusia. Juga kita dapat melihat akan penghargaan atas suatu kejujuran yang dilakukan tanpa sekat-sekat agama, suku dan ras yang kaku.

Hingga kini betapa kita masih melihat bagaimana pola-pola lama yang berlaku sedemikian rupa menghancurkan kemanusiaan itu sendiri. Bila human touch telah diaplikasikan maka kita tidak akan mendengar lagi jeritan TKW Indonesia yang ada di Arab Saudi yang diperlakukan tak adil bahkan disiksa semena mena. Kita tidak lagi melihat kisruh penegakan hukum di negeri ini, yang menjerumuskan orang yang tak bersalah dan melindungi para “bintang”. Tak ada lagi perusakan hutan, pembuangan sampah serampangan dan pengeksploitasian alam secara tak wajar. Dan kita tentunya tidak akan melihat adanya otoriterisme dari para pemimpin maupun politikus kita.

Erich From dalam Revolution of Hope menyatakan bahwa dalam manajemen humanistik  setiap manusia perlu menyatakan dirinya untuk menjaga keseimbangan mentalnya, yang kedua adalah perlu adanya mekanisme feed back (umpan balik) di segala lapisan keorganisasian. Oleh sebab itu manejemen ini mengharapkan aktivitas aktif setiap manusia. Tidak boleh ada peran serta manusia yang tercurangi.

Suatu cerita berkesan di dalam kitab Manaqib Al Arifin, Sufi besar, Rumi mengisahkan bahwa suatu hari Imam Ali bin Abi Thalib pernah terburu-buru menuju masjid. Tiba-tiba beliau memperlambat langkahnya karena di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang Yahudi tua yang sedang menuju arah yang sama. Imam Ali, karena keluhuran dan kemulian budinya, tidak ingin mendahului jalannya kakek tua itu demi menghormati orang yang lebih tua, meskipun ia seorang Yahudi.

Jalaludin Rumi sebenarnya ingin mengajarkan pada murid-muridnya bahwa penghormatan kepada orang tua tidak bisa dibatasi oleh sekat-sekat formalitas agama. Betapa disini, kita dapat melihat islam telah mengajukan asas filosofi universal yaitu kemanusiaan. Mari kita renungi hadis Rasul saw,
“Agama itu adalah cinta dan cinta itu adalah agama”. (Tafsir Nur Aal-Tsaqalain 5:205).
Imam Ja’far Ash Shadiq, cicit Nabi saw, berkata, “Ada dua hal yang diwariskan oleh cinta agama; yaitu kerendahan hati dan kemurahan hati.” (Bihar al Anwar 78:229).
Jadi itulah islam. Sekali lagi Human Touch ! Feeling Touch!

Maka mengapa kita tidak mulai beralih ke manajemen humanistik dalam kehidupan sehari hari?  Jika kita telah memulai memasuki Feeling touch,  kita akan merubah orientasi fikih halal - haram kita yang selama ini  tak ubahnya mesin newton ; kaku, dan menakutkan menjadi fikih yang lembut, mudah, dan penuh cinta. Kita akan memulai memanusiawikan lagi segala sisi kehidupan kita apakah itu ekonomi, politik,  rumah, pabrik, lingkungan, sekolah, pekerja, pertanian, pertambangan, nelayan dan sebagainya. Kita akan mengatakan From Russia with love ! Because in the new world, there is no wars, no weapons, no fear …… seperti Michael Jackson yang bernyanyi …heal the world, make it the better place…..
Tak ada lagi kita melihat anak-anak yang bunuh diri karena tidak lulus UAN, tak ada lagi perdagangan manusia dan tidak ada lagi pria yang menyakiti wanita. Saat itu semua kaca mata adalah melihat dengan cinta, seperti Tuhan yang Rahman  dan Rahiim.
Kita akan memberikan “kasih” kita selamanya. Akan berkhidmat kepada kehidupan dengan perkhidmatan yang agung. Smile everytime ....
Dua orang sahabat Nabi, penakluk Qadisyyah, sedang duduk berbincang. Tiba-tiba lewatlah iringan jenazah. Keduanya lalu berdiri memberi penghormatan. Orang-orang berkata bahwa mayit itu adalah orang kafir. Menurut mereka, tidak selayaknya sahabat Nabi memberikan penghormatan kepada jenazah kafir. Sahal dan Qays, sahabat Nabi itu, menolak anggapan tersebut. “Dahulu,” kata Sahal, “kami berkumpul bersama Rasulullah saw. Lalu, lewatlah rombongan jenazah. “Beliau berdiri, kami pun berdiri. Seorang diantara kami berkata, “Itu jenazah Yahudi ! lalu sang Nabi berkata, “Bukankah dia manusia?”

Kalau begitu, benarlah  riwayat Imam Bukhari itu tentang kekasih Allah (saw) yang mengatakan, “........Bukankah dia manusia ?”

Dan Hanya Dia lah Yang Mahatahu.

(dari berbagai sumber, membaca lagi cerita cerita Rasululah saw dari buku kang Jalal, dan buku pak dimitri, tuk mengenang kehidupan kini yang ternyata semakin “material”. Allohumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad)      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar